Prinsip silogisme adalah bila premis benar maka kesimpulan benar.
Ada 2 macam silogisme, yaitu silogisme kategoris dan silogisme hipotesis.
1. Silogisme Kategoris
Silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan yang tidak bersyarat).
Contoh :
M-P perbuatan jahat itu haram
S-M menghina itu adalah perbuatan jahat
S-P maka, menghina itu haram
Catatan untuk Silogisme :
- Kesimpulan ditentukan terlebih dahulu. Cirinya ada kata: karena itu, maka itu, dll.
- Menentukan alasan yang menunjuk pada M ( term menengah).
- Bila subjek (S) dan predikat (P) sudah diketahui dalam simpulan, susunlah silogisme yang terdiri dari 3 bagian:
simpulan (S-P), premis minor (mengandung S dan M) dan premis mayor (mengandung P dan M sebagai titik tolak penalaran).
Silogisme Kategoris
A. Silogisme kategoris tunggal
Terdiri atas 3 term: S, P, M
Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal :
1. M dalam S dalam premis mayor. P dalam premis minor. Aturan: premis minor harus sebagai penegasan, premis mayor bersifat umum.
Contoh :
M-P Semua buah itu manis (mayor)
S-M Mangga adalah buah (minor)
S-P Jadi, mangga itu manis (simpulan)
M-P Setiap manusia dapat mati (mayor)
S-M Diaz adalah manusia (minor)
S-P Jadi, Diaz dapat mati (simpulan)
2. M jadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan: salah satu premis harus negatif. Premis mayor bersifat umum.
Contoh:
P-M Raja adalah keturunan bangsawan (mayor).
S-M Buruh bukan keturunan bangsawan (minor).
S-P Jadi, buruh bukan raja (simpulan).
P-M Lingkaran adalah bentuk bundar
S-M Segitiga bukan bentuk bundar
S-P Segitiga bukan lingkaran
3. M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan: premis minor harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular.
Contoh:
M-P Semua orang di dunia ingin kaya (mayor)
M-S Beberapa diantaranya bekerja dengan keras (minor)
S-P Jadi, beberapa yang bekerja keras ingin kaya (simpulan)
M-P Mahasiswa itu orang dengan tugas belajar
M-S Ada mahasiswa yang orang bodoh
S-P Jadi, sebagian orang bodoh itu dengan tugas belajar.
4. M adalah P dalam premis mayor. S dalam premis minor. Aturan: premis minor harus berupa penegasan, sumpulan bersifat partikular.
Contoh:
P-M Influenza itu penyakit (mayor)
M-S Semua penyakit mengganggu kesehatan (minor)
S-P Jadi yang mengganggu kesahatan itu adalah influenza (simpulan)
P-M Sayur organik itu makanan tanpa pengawet
M-S Semua makanan tanpa pengawet itu makanan sehat
S-P Jadi, makanan yang sehat adalah sayur organik
B. Silogisme kategoris majemuk
Bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap karena terdiri lebih dari 3 premis. Jenis- jenis silogisme kategoris majemuk adalah:
1. Epicherema
Silogisme yang satu atau kedua premisnya disertai alasan, contoh:
- Satu premis disertai alasan
Setiap pahlawan itu agung karena pahlawan adalah orang yang berani menegerjakan hal-hal yang mengatasi tuntutan kewajibannya. Jendral sudirman adalah seorang pahlawan. Jadi, jendral sudirman adalah agung.
-kedua premis disertai alasan
Semua makanan bersih adalah makanan sehat karena kaya akan nutrisi. Sayur organik adalah makanan yang baik karena tidak mengandung pestisida. Jadi, sayur organik adalah makanan sehat.
2. Enthymema
Silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis atau simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat.
Contoh:
- Semua murid kelas XI IPA 1 cerewet. Gio adalah murid kelas XI IPA 1. Maka, Gio cerewet karena ia murid kelas XI IPA 1.
- Yang rohani itu tidak akan dapat mati. Jika manusia adalah rohani. Maka, jiwa manusia tidak akan dapat mati.
3. Polisilogisme
Deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya. Contoh:
- Seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki, merasa tidak puas. Seorang yang rakus adalah seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki. Jadi, seorang yang rakus merasa tidak puas.
- Semua manusia tidak sempurna. Semua raja adalah manusia. Semua raja tidak sempurna. Hendrik VIII adalah seorang raja. Jadi, Hendrik VIII tidak sempurna.
4. Sorites
Silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehingga predikat dari keputusan yang satu jadi subjek keputusan berikutnya. Contoh:
- Orang yang tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu barang. Orang yang menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya. Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tentram hatinya. Jadi orang yang tidak mengendalikan keinginannya, tidak tentram hatinya.
Sorites di susun dengan rumus berikut:
Hukum Silogisme Kategoris (tentang isi dan luas S dan P)
2. Enthymema
Silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis atau simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat.
Contoh:
- Semua murid kelas XI IPA 1 cerewet. Gio adalah murid kelas XI IPA 1. Maka, Gio cerewet karena ia murid kelas XI IPA 1.
- Yang rohani itu tidak akan dapat mati. Jika manusia adalah rohani. Maka, jiwa manusia tidak akan dapat mati.
3. Polisilogisme
Deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya. Contoh:
- Seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki, merasa tidak puas. Seorang yang rakus adalah seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki. Jadi, seorang yang rakus merasa tidak puas.
- Semua manusia tidak sempurna. Semua raja adalah manusia. Semua raja tidak sempurna. Hendrik VIII adalah seorang raja. Jadi, Hendrik VIII tidak sempurna.
4. Sorites
Silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehingga predikat dari keputusan yang satu jadi subjek keputusan berikutnya. Contoh:
- Orang yang tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu barang. Orang yang menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya. Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tentram hatinya. Jadi orang yang tidak mengendalikan keinginannya, tidak tentram hatinya.
Sorites di susun dengan rumus berikut:
e = f
d = e
c = d
b = c
a = b
maka, a = f
Hukum Silogisme Kategoris (tentang isi dan luas S dan P)
- Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari atau kurang dari tiga term (S, M, P).
- M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term.
- Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya. Jika S dan P dalam premis partikular, maka dalam simpulan tidak boleh universal. Bila dilanggar akan terjadi latius hos (menarik kesimpulan yang terlalu luas).
Sumber:
Powerpoint "Silogisme" Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
wah ada rumus nya aku kasih nilai 90 yaaa ^^
BalasHapusBagus blognya! Nilainya 98 yahh :)
BalasHapusniceeee hehehe. 90 yaahhh. keep posting
BalasHapusnice posting keziaaa 90 yaaa;;)
BalasHapus