Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu logikos yang berarti sesuatu yang diungkapkan atau
diutarakan lewat bahasa. Istilah ini pertama kali digunakan oleh
Zeno dari Citium. Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun dan
membahas aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan
untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
Ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu yang sistematis serta
memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan seperti ini
terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya. Lapangan ilmu pengetahuan ini
adalah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Agar
dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan seta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika bukanlah teori belaka, tetapi juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Oleh karena itu
disebut filsafat praktis karena memiliki manfaat.
3 objek logika:
- Objek material : logika adalah
manusia itu sendiri
- Objek formal : logika adalah
akal budi untuk melakukan penalaran yang tampak melalui ungkapan pikiran
melalui bahasa.
Manfaat belajar logika:
- membantu setiap orang berpikir
kritis, rasional dan metodis
- kemampuan meningkatkan
kemampuan secara absktrak
- mampu berdiri lebih tajam dan
mandiri
- menambah kecerdasab berpikir,
sehingga bisa menghindari kesesatan dan kekeliruan dalam menarik
kesimpulan.
Sejarah logika
Seperti yang dituliskan
di atas istilah logika pertama kali digunakan Zeno beraliran stoisisme. Filsuf
pertama yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles dengan istilah
analitika. Tapi dialah yang pertama sekali meneliti berbagai argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang benar. Prinsip logika tadisional Aristoteles
berkembang menjadi prinsip-psrinsip logika modern. Logika tradisional membahas
definisi, konsep dan term menurut struktur, susunan dan nuansa, seluk beluk
penalaran untuk mendapat kebenaran yang sesuai dengan kenyataan.
Macam-macam logika
:
- Logika Kodrati : suatu suasana
saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan. Misalnya saat
ibu meminta untuk menjemput adik maka tanpa bertanya kita sudah tau dimana
tempat menjemput, pukul berapa dan sebagainya.
- Logika Ilmiah : mempertajam
akal budi manusia agar dapat bekerja lebih teliti atau tepat sehingga
kesesatan dapat dihindari. Dipelajari berbagai aturan dan hukum hingga
pikiran yang benar dan bisa dipertanggung jawabkan sevara rasional.
Logika dibagi menjadi 2,
yaitu
- Logika Formal : berbicara
mengenai kebenaran bentuk. Disebut sebagai logika minor. Sebuah argumen
dikatakan memiliki kebenaran bentuk, bila konklusi ditarik secara logis
dari premis atau titik pangkal dengan mengabaikan isi yang terkandung
dalam argumentasi tersebut. Yang di perhatikan adalah
pernyataan-pernyataan yang menjadi premis atau dasar penyimpulan. Contoh
logika formal: Semua M adalah P.
Semua S adalah M.
Jadi, semua S adalah
P.
Pola susunan penalaran
itu disebut bentuk
penalaran. Penalaran
dengan bentuk yang tepat
disebut penalaran yang
tepat atau sahih (valid).
Semua penalaran, apa
pun isi atau maknanya,
asal bentuknya tepat,
dapat dipastikan bahwa
penalaran itu sahih.
Jadi tanda-tanda M, P, dan
S dapat diganti degan
pengertian apa saja, asal
susunan premis (yang
dijadikan dasar
penyimpulan) tepat dan
konklusi sungguh
sungguh ditarik secara
logis dari premis maka
penalaran itu tepat/sahih.
- Logika Material : membahas
tentang kebenaran isi. Disebut sebagai logika mayor. Sebuah argumen
dinyatakan kebenaran apabila sesuai dengan kenyataan. misalnya, semua
manusia memiliki kaki. Budi memiliki kaki. Jadi, budi adalah
manusia. Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi dari tiga pertanyaan yang membentuk argumen di atas adalah benar (sesuai dengan kenyataan) dengan demikian argumen tersebut memiliki kebenaran isi. Sebenarnya argumen
tersebut secara formal (menurut benruknya) tidak valid.
Argumen ilmiah
mementingkan struktur penalaran yang tepat atau valid sekaligus isi atau
mekananya sesuai dengan kenyataan. Kebenaran suatu argumen dari segi bentuk dan
isi adalah prasyarat mutlak.
Contoh:
a. Kalau premis-premis
salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar:
- Semua binatang menyusui
memiliki sayap
- Burung binatang menyusui
- Jadi burung memiliki sayap
b. Jika kesimpulan
benar, maka premis-premisnya dapat benar, tetapi juga dapat salah.
- Semua kucing binatang mamali
- Anjing adalah kucing
- Jadi anjing adalah mamalia
Logika Deduktif
Penalaran deduktif
selalu diungkapkan dalam bentuk silogisme. Silogisme adalah medium penalaran
deduktif. Silogisme adalah bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada
premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan. Silogisme merupakan suatu jenis
penarikan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang sudah diketahui.
Premis membuktikan bahwa kesimpulan itu benar.
Premis dari suatu
argumentasi deduktif yang tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk
membuktikan kebenaran suatu kesimpulan. Jika premis benar maka kesimpulan juga
benar. Benar salahnya kesimpulan deduktif berdasarkan rujukan realitas.
Argumentasi-argumentasi deduktif yang memiliki kekhasan sendiri dinilai
berdasarkan sahih(valid) atau tidak sahih (tidak valid).
Ciri-ciri Silogisme :
- Semua pernyataan (proposisi)
adalah proposisi kategoris
- Terdiri dari 2 premis dan
sebuah kesimpulan
- 2 premis dan 1 kesimpulan
secara bersama-sama membuat 3 trem (kata) yang berbeda dan masing-masing
trem tampak dalam dua dari tiga proposisi.
3 objek logika:
Premis Mayor : Setiap cendekiawan
adalah kaum intelektual
Premis Minor : Psikolog adalah
cendekiawan
Konklusi : Jadi, Psikolog adalah
kaum intelektual.
Argumentasi tersebut dinamakan
silogisme karena argumentasi tersebut terdiri dari 3 ciri tersebut.
Silogisme terdiri dari ketiga term
yang berbeda (term mayor, term minor dan term menengah), serta masing-masing
term muncul dalam dua dari tiga proposisi.
Misalnya, term mayor “kaum
intelektual” terdapat baik pada premis mayor maupun dalam kesimpulan. Term minor, yaitu “Psikolog”, terdapat di
premis minor dan kesimpulan. Dan term menengah (term penghubung kedua premis) yaitu “cendekiawan”
terdapat di premis mayor maupun premis minor.
Logika Induksi
Logika Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan yang umum tertentu. Atas dasar fenomena, fakta atau data tertentu dirumuskan dalam proposisi tunggal tertentu, ditarik kesimpulan yang dianggal sebagai benar dan berlaku umum.Contoh:
Saya bertemu dengan seorang bapak. Tak lama kemudian dia mendekatiku dan meminta sedekah (mengemis). Saya perhatikan bapak tersebut mempunyai ciri-ciri tua, baju compang-camping, serta badannya kotor dan bau. Di tempat lain, saya bertemu dengan seorang bapak lagi. Ketika saya amat-amati ternyata ciri-cirinya sama dengan bapak yang pertama. Pengalaman ini terjadi sampai tiga kali. Akhirnya, saya melihat seorang bapak dengan ciri-ciri seperti di atas, yaitu tua, baju compang-camping, badan kotor dan bau, maka saya langsung mengambil kesimpulan bahwa bapak tersebut pasti seorang pengemis. Kesimpulan ini saya ambil karena saya menyimpulkan bahwa semua orang dengan ciri-ciri tersebut pasti pengemis. Inilah cara berpikir induksi.
Dimulai dengan mengkaji, meneliti dan mengamati, kemudian menumpulkan data, di
evaluasi lalu melahirkan kesimpulan umum. Kesimpulan itu bersifat sementara. Walaupun
secara sah kita mendasarkan diri pada berbagai fakta yang ada untuk menarik kesimpulan
yang benar, namun ini tidak dengan sendirinya menjamin bahwa kesimpulan itu benar
secara mutlak. Hal ini disebabkan ciri dasar berpikir induksi adalah selalu tidak lengkap.
Penalaran induksi dan deduksi memiliki kesamaan yaitu mendasari argumentasinya dari
premis yang mendukung kesimpulan.
Perbedaan antara penalaran induksi dan deduksi adalah dalam penalaran induksi,
argumentasi yang tepat akan mempunyai premis-premis yang benar, namun
kesimpulannya dapat salah. Hal ini terjadi karena argumentasi penalaran induki tidak
membuktikan bahwa kesimpulan itu benar.
Ciri Penalaran Induksi :
- Premis-premis merupakan proposisi premis yang berhubungan langsung dengan observasi indera. Indera menangkap dan akal menerima.
- Kesimpulan lebih luas dari pada pernyataan dalam premis-premisnya.
- Kesimpulan induksi memiliki kredibilitas rasional yang disebut probabilitas.
Generalisasi Induktif
Dibedakan menjadi:
- Generalisasi Induktif : Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala
atau sifat untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Penalaran yang berititik tolak dari
hal-hal yang bersifat khusus. Syarat yang harus diperhatikan:
- Analogi Induktif : membandingkan dua hal yang berlainan. Ada hal dalam membandingkan yang harus di perhatikan yaitu persamaan dan perbedaan. Apabila kita membandingkan dua orang hanya melihat dari aspek persamaannya tanpa melihat perbedaan, maka timbullah analogi, yaitu persamaan di antara dua hal yang berbeda.Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lainnya yang memiliki sifat-sifat esensial yang sama. Yang terpenting dalam analogi induktif adalah apakah persamaan yang dipakai sebagai dasar kesimpulan sungguh-sungguh merupakan ciri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Kesimpulan analogi bersifat khusus. Prinsip dasar penalaran analogi induktif adalah “Karena hal d analog dengan a, b, c, maka apa yang berlaku bagi a, b, dan c dapat diharapkan berlaku juga untuk d.”
Saya bertemu dengan seorang bapak. Tak lama kemudian dia mendekatiku dan meminta sedekah (mengemis). Saya perhatikan bapak tersebut mempunyai ciri-ciri tua, baju compang-camping, serta badannya kotor dan bau. Di tempat lain, saya bertemu dengan seorang bapak lagi. Ketika saya amat-amati ternyata ciri-cirinya sama dengan bapak yang pertama. Pengalaman ini terjadi sampai tiga kali. Akhirnya, saya melihat seorang bapak dengan ciri-ciri seperti di atas, yaitu tua, baju compang-camping, badan kotor dan bau, maka saya langsung mengambil kesimpulan bahwa bapak tersebut pasti seorang pengemis. Kesimpulan ini saya ambil karena saya menyimpulkan bahwa semua orang dengan ciri-ciri tersebut pasti pengemis. Inilah cara berpikir induksi.
Dimulai dengan mengkaji, meneliti dan mengamati, kemudian menumpulkan data, di
evaluasi lalu melahirkan kesimpulan umum. Kesimpulan itu bersifat sementara. Walaupun
secara sah kita mendasarkan diri pada berbagai fakta yang ada untuk menarik kesimpulan
yang benar, namun ini tidak dengan sendirinya menjamin bahwa kesimpulan itu benar
secara mutlak. Hal ini disebabkan ciri dasar berpikir induksi adalah selalu tidak lengkap.
Penalaran induksi dan deduksi memiliki kesamaan yaitu mendasari argumentasinya dari
premis yang mendukung kesimpulan.
Perbedaan antara penalaran induksi dan deduksi adalah dalam penalaran induksi,
argumentasi yang tepat akan mempunyai premis-premis yang benar, namun
kesimpulannya dapat salah. Hal ini terjadi karena argumentasi penalaran induki tidak
membuktikan bahwa kesimpulan itu benar.
Premis hanya menetapkan bahwa kesimpulan berisi suatu
kemungkinan, sebab premis
hanya mengandung sebagain dari bukti atau data yang
dibutuhkan kesimpulan.
Maka informasi atau data yang terdapat dalam premis
kurang memadai bila dibandingkan
dengan informasi yang dibutuhkan kesimpulan.
Akibatnya, argumentasi-argumentasi yang terdapat dalam
penalaran induksi tidak dinilai
sebagai valid (sahih) atau invalid
(tidak sahih), melainkan berdasarkan probabilitas.
Argumentasi induksi akan menjadi lebih kuat apabila
jumlah kasus individualnya
meningkat (diperbanyak).
Ciri Penalaran Induksi :
- Premis-premis merupakan proposisi premis yang berhubungan langsung dengan observasi indera. Indera menangkap dan akal menerima.
- Kesimpulan lebih luas dari pada pernyataan dalam premis-premisnya.
- Kesimpulan induksi memiliki kredibilitas rasional yang disebut probabilitas.
Generalisasi Induktif
Dibedakan menjadi:
- Generalisasi Induktif : Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala
atau sifat untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Penalaran yang berititik tolak dari
hal-hal yang bersifat khusus. Syarat yang harus diperhatikan:
1. Generasilasi tidak terbatas secara numerik : generalisasi tidak boleh terikat pada jumlah
tertentu.
2. Generalisasi tidak terbatas secara “spasio-temporal” : generalisasi tidak boleh terbatas dalam
ruang dan waktu. Jadi berlaku di mana saja dan kapan saja.
3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian : Misalnya, ada fakta bahwa anak SMA itu berbeda dengan
mahasiswa. Apabila ditemukan fakta bahwa anak SMA sering membolos, mencontek
saat ujian, suka tawuran dan tidak dapat diatur. Seandainya mahasiswa mempunyai
sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa itu sama dengan anak
SMA.
- Analogi Induktif : membandingkan dua hal yang berlainan. Ada hal dalam membandingkan yang harus di perhatikan yaitu persamaan dan perbedaan. Apabila kita membandingkan dua orang hanya melihat dari aspek persamaannya tanpa melihat perbedaan, maka timbullah analogi, yaitu persamaan di antara dua hal yang berbeda.Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lainnya yang memiliki sifat-sifat esensial yang sama. Yang terpenting dalam analogi induktif adalah apakah persamaan yang dipakai sebagai dasar kesimpulan sungguh-sungguh merupakan ciri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Kesimpulan analogi bersifat khusus. Prinsip dasar penalaran analogi induktif adalah “Karena hal d analog dengan a, b, c, maka apa yang berlaku bagi a, b, dan c dapat diharapkan berlaku juga untuk d.”
Perhatikan contoh:
Mangga I : kuning, besar, matang
ternyata manis
Mangga II : kuning, besar, matang
ternyata manis
Mangga III : kuning, besar, matang ternyata manis
Mangga IV : kuning, besar, matang
Kesimpulannya : mangga ke IV tentu manis juga.
Analogi induktif tidak hanya menunjukkan persamaan di antara dua hal
yang
berbeda, tetapi juga menarik kesimpulan atas dasar persamaan. Kesimpulan analogi
tergantung
dari subyek-subyek yang dibandingkan.
-Faktor Probabilitas
Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara
kepastian dan kemungkinan.
Tinggi rendahnya probabilitas kesimpulan induktif
dipengaruhi beberapa faktor, di antara
faktor fakta,faktor analogi, faktor
disanalogi dan faktor luas konklusi.
Faktor fakta berkenaan dengan prinsip “semakin
besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan semakin tinggi
pula probabilitas konklusinya, dan sebaliknya”
Fakta analogi berkenaan dengan prinsip “Semakin
besar jumlah faktor analogi di dalam premis, akan semakin rendah probabilitas
konklusinya dan sebaliknya. Yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor kesamaan.
Fakta disanologi terkait dengan prinsip “semkian
besar faktor disanologi di dalam premis, akan semakin tinggi probabilitas
konklusinya dan sebaliknya”. Yang dimaksud dengan faktor disanologi adalah
faktor ketidaksamaan.
Faktor luas konklusi terkait prinsip “Semakin luas
konklusinya, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya”.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesesatan dalam
penalaran induktif, yaitu:
1. Faktor Tergesa-gesa
2. Faktor ceroboh
3. Faktor prasangka
Hubungan Sebab Akibat
Bentuk penalaran induksi yang ketiga adalah hubungans sebab akibat.
Prinsip : “suatu pristiwa disebabkan
oleh sesuatu”
Hubungan sebab akibat seringkali dikaitkan bahwa
keadaan yang terjadi disebabkan oleh
keadaan atau kejadian lainnya. Kejadian
yang lainnya disebut sebab dan yang terjadi
sebagai akibat.
Hubungan sebab akibat sebenarnya merupakan suatu
hubungan yang intrinsik atau hubungan yang asasi dalam pengertian hubungan yang
sedemikian rupa sehingga apabila satu (sebab) ada / tiada maka yang lain juga
pasti ada / tiada.
Hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa dapat
terjadi dalam tiga pola, yaitu:
·
Pola dari sebab ke
akibat
·
Pola dari akibat
ke sebab
·
Pola dari akibat ke
akibat.
Sumber:
Powerpoint "Logika" Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
3
keziaa blognya uda bagus hehe tapi kalau bisa tulisannya diperbesar deh haha gua kasih nilai 85 ya :D
BalasHapusBagus postnya tapi banyakin juga gambarnya ya :) aku kasih 82 yaa
BalasHapuspostingan nya lengkap banget keziaa! nilainya 95 yahh
BalasHapus