Suatu siang yang terik, Goldy berjalan menyusuri taman kota.
Uang persediaan untuk bulan ini sudah habis. Hanya 5 ribu uang yang ia punya
sekarang, tidak cukup untuk makan bersama istri dan kedua anaknya. Beberapa
bulan yang lalu Godly terkena PHK dan sampai saat ini susah sekali mencari
pekerjaan. Setelah mengitari taman cukup lama, ia memperhatikan seorang
perempuan sedang menikmati makan siang. Perhatian Goldy tertuju pada dompet
perempuan itu yang diletakkan di atas meja.
Mata : “Itu! Ada
dompet tergeletak di atas meja itu, pemiliknya sedang asik menyantap makanannya
dan tidak memperhatikan sekitar.”
Jiwa : “Apa maksudmu mengatakan itu mata?”
Mata : “Hei jiwa!
Kamu tahu kan pemilik kita sedang kekurangan uang. Aku sudah lelah seharian ini
bekerja dengan fokus.”
Kaki : “Ya mata, kamu benar. Aku juga sudah lelah
berjalan terus sejak pagi tadi.”
Perut :”Aku juga lelah dan butuh makanan.”
Kaki : “Mata, kamu harus tetap mengawasi dompet dan
lingkungan sekitar”
Mata : “Ya, tapi
aku butuh tangan. Tangan kamu akan mengambil dompet itu ketika aku memerintahkanmu.”
Tangan : “Iya, Mata aku siap menerima perintah darimu.”
Jiwa : “Hei! Apa sih yang ingin kalian lakukan?”
Mata : “Tentu saja mengambil dompet itu Jiwa.”
Jiwa : “Tuhan tidak mengindahkan perbuatan mencuri!”
Perut : “Tidak untuk saat ini Jiwa, aku benar - benar butuh
makan.”
Jiwa : “Tidak,
tidak! Tidak ingatkah kalian Firman Tuhan mengatakan ‘Jangan mencuri’? Ada banyak
cara yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan uang.
Tangan : “Kita sudah
tidak memiliki harapan lagi Jiwa, susah sekali mencari uang. Aku sudah lelah
terus menggenggam surat lamaran ini.”
Jiwa : “Tentu
saja masih ada harapan. Tuhan tidak memberikan kita roh ketakutan tetapi roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
Mata : “Perempuan itu akan meninggalkan tempat ini, dia
lupa mengambil dompetnya!”
Badan (Tangan, Perut, Kaki) : “Ayo cepat!”
Jiwa : “Jangan kalian mengambil dompet itu badan!”
Goldy segera melangkahkan kakinya,
tangannya meraih dompet yang tergeletak diatas meja.
Tangan : “Ayo cepat lari kaki! Sebelum dilihat orang lain!”
Jiwa : “ Jangan
kaki, ingat uang ini bukan uang yang halal. Tidak akan menjadi berkat bagi keluarga pemilik kita.”
Goldy menghentikan langkahnya
ketika mendekati perempuan tersebut dan mengembalikan dompet itu. Sang pemilik
dompet berterimakasih dan memberikan imbalan juga tawaran kerja karena
kejujuran Goldy.
Jiwa : “Lihat,
pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi kita. Seharusnya kalian tidak memikirkan
untuk mengambil dompet itu sama sekali. Pada akhirnya kebaikan akan
mendatangkan suatu keuntungan.
Setidaknya uang yang kamu dapat bisa untuk membeli makanan.”
Badan : iya jiwa kamu
benar, maafkan kami. Sekarang kami sadar perbuatan mencuri itu tidak baik.
Jiwa : iya tidak
apa-apa badan, yang penting sekarang kalian sudah sadar bahwa mencuri itu perbuatan yang tidak baik. Mulai
sekarang kita harus hidup dalam kejujuran.
Goldy merasa bersyukur telah mendengarkan kata hati nuraninya, sekarang
uang ini dapat ia
gunakan untuk membeli makanan untuk keluarganya dan ia pun kembali bersemangat untuk
melamar pekerjaan.
kezia bagus bgt sih blognya, rapih bgt dan lengkap! 98 deh buat kamu :)
BalasHapusnice posting 100 yaaa nilainya
BalasHapus