Kamis, 25 September 2014

DIalog Imajinatif

Suatu siang yang terik, Goldy berjalan menyusuri taman kota. Uang persediaan untuk bulan ini sudah habis. Hanya 5 ribu uang yang ia punya sekarang, tidak cukup untuk makan bersama istri dan kedua anaknya. Beberapa bulan yang lalu Godly terkena PHK dan sampai saat ini susah sekali mencari pekerjaan. Setelah mengitari taman cukup lama, ia memperhatikan seorang perempuan sedang menikmati makan siang. Perhatian Goldy tertuju pada dompet perempuan itu yang diletakkan di atas meja.




Mata                : “Itu! Ada dompet tergeletak di atas meja itu, pemiliknya sedang asik menyantap makanannya dan tidak memperhatikan sekitar.”
Jiwa                  : “Apa maksudmu mengatakan itu mata?”
Mata                : “Hei jiwa! Kamu tahu kan pemilik kita sedang kekurangan uang. Aku sudah lelah seharian ini bekerja dengan fokus.”
Kaki                  : “Ya mata, kamu benar. Aku juga sudah lelah berjalan terus sejak pagi tadi.”
Perut               :”Aku juga lelah dan butuh makanan.”
Kaki                  : “Mata, kamu harus tetap mengawasi dompet dan lingkungan sekitar”
Mata                : “Ya, tapi aku butuh tangan. Tangan kamu akan mengambil dompet itu ketika aku memerintahkanmu.”
Tangan            : “Iya, Mata aku siap menerima perintah darimu.”
Jiwa                  : “Hei! Apa sih yang ingin kalian lakukan?”
Mata                : “Tentu saja mengambil dompet itu Jiwa.”
Jiwa                  : “Tuhan tidak mengindahkan perbuatan mencuri!”
Perut               : “Tidak untuk saat ini Jiwa, aku benar - benar butuh makan.”
Jiwa                  : “Tidak, tidak! Tidak ingatkah kalian Firman Tuhan mengatakan ‘Jangan mencuri’? Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan uang.
Tangan            : “Kita sudah tidak memiliki harapan lagi Jiwa, susah sekali mencari uang. Aku sudah lelah terus menggenggam surat lamaran ini.”
Jiwa                  : “Tentu saja masih ada harapan. Tuhan tidak memberikan kita roh ketakutan tetapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
Mata                : “Perempuan itu akan meninggalkan tempat ini, dia lupa mengambil dompetnya!”
Badan (Tangan, Perut, Kaki)        : “Ayo cepat!”
Jiwa                  : “Jangan kalian mengambil dompet itu badan!”

Goldy segera melangkahkan kakinya, tangannya meraih dompet yang tergeletak diatas meja.

Tangan            : “Ayo cepat lari kaki! Sebelum dilihat orang lain!”
Jiwa                  : “ Jangan kaki, ingat uang ini bukan uang yang halal. Tidak akan menjadi berkat bagi  keluarga pemilik kita.”

Goldy menghentikan langkahnya ketika mendekati perempuan tersebut dan mengembalikan dompet itu. Sang pemilik dompet berterimakasih dan memberikan imbalan juga tawaran kerja karena kejujuran Goldy.

Jiwa                  : “Lihat, pengharapan itu adalah sauh yang kuat bagi kita. Seharusnya kalian tidak memikirkan untuk mengambil dompet itu sama sekali. Pada akhirnya kebaikan akan mendatangkan suatu keuntungan.  Setidaknya uang yang kamu dapat bisa untuk membeli makanan.”
Badan              : iya jiwa kamu benar, maafkan kami. Sekarang kami sadar perbuatan mencuri itu tidak baik.
Jiwa                  : iya tidak apa-apa badan, yang penting sekarang kalian sudah sadar bahwa mencuri             itu perbuatan yang tidak baik. Mulai sekarang kita harus hidup dalam kejujuran.

Goldy merasa bersyukur telah mendengarkan kata hati nuraninya, sekarang uang ini dapat ia
gunakan untuk membeli makanan untuk keluarganya  dan ia pun kembali bersemangat untuk
melamar pekerjaan. 

2 komentar: