Minggu, 05 Oktober 2014

FIELD TRIP

FIELD TRIP : KAMPUNG BETAWI, SETU BABAKAN






Pada Hari Kamis, 2 Oktber 2014, mahasiswa fakultas psikologi Universitas Tarumanagara melaukan Field Trip ke Kampung Betawi yang berlokasi di Srengseng, Jakarta Selatan. Kami berkumpul di kampus pukul 6.45 kemudian mengikuti pembekalan materi hingga pukul 7.30. Tujuan diadakannya field trip adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai seni dan kenudayaan Suku Betawi juga mengamati etos kerja para pekerja di wilayah tersebut. Disana kami, kelompok Sforzo mewawancarai beberapa pedagang makanan, penari sanggar, penjual batik dan marinir yang sedang berlatih. Berikut ini adalah hasil wawancara kami.





Pertama-tama kita menginterview Bapak Iyan yang berumur 30 tahun dia adalah seorang penjaga permainan perahu bebek. Pak Iyan ini sudah bekerja selama 6tahun. Keuntungan yang didapat lumayan banyak apalagi kalau hari libur karena di Kampung Betawi banyak pengunjug yang datang. Kesulitan yang di hadapinya masalah cuaca hujan dan angin yang kencang. Sebelumnya Pak Iyan ini pernah juga bekerja di bengkel. Pak Iyan juga mempunyai niat untuk pindah pekerjaan Ia ingin membuka usaha kuliner, tetapi karena sudah nyaman jadi Ia mengurungkan niatnya, Menurut Pak Iyan dampak dari modernisasi ke pekerjaannya tidak ada karena pengunjungnya kebanyakan anak-anak mereka tetap ingin bermain wahana perahu bebek. (foto:Dessy sedang mewawancarai Bapak Iyan)




Permainan Perahu Bebek.



Kedua kita menginterview Pak Anwar, berumur 42 tahun. Pak Anwar adalah seorang penjual es doger dan sudah berjualan selama 4 tahun. Sebelumnya Pak Anwar adalah seorang penjual nasi goreng karena kalau jualan nasi goreng harus di malam dan itu merepotkan jadi lebih enak berjualan es doger di siang hari. Penghasilan Pak Anwar setiap harinya tidak menentu tergantung cuaca juga kalau cuaca hujan pasti jarang ada yang membeli es doger. Dampak terhadap moderinisasinya tidak terlalu berpengaruh karena es doger  adalah es zaman dahulu tapi banyak orang juga yang masih mencari es doger dan banyak juga yang suka dengan es doger ini. 


Foto bersama Pak Anwar.





Ketiga kita menginterview Bang Sincan yang berumur 25 tahun. Bang Sincan sudah mempunyai pengalaman berjualan dari kecil karena ikut orang tuanya berjualan. Bang Sincan tinggal di daerah Kampung Betawi. Suka dukanya Pak Sincan selama berjualan adalah sedih kalau hujan jadi tidak bisa berjualan dan juga pernah di usir sama Petugas Satpol PP, senangnya kayak kita-kita ini (para mahasiswa atau siswa-siswi) dateng untuk interview jadi bisa eksis dikit, biar terkenal hahaha. Dulu pernah bekerja di kantoran jadi office boy tetapi tidak cocok karena tidak kuat dengan AC. Penghasilan Bang Sincan cukup bisa untuk membiayayi ini. Bang Sincan ini juga ingin melestarikan kuliner kerak telor. Dampak modernisasinya juga tidak ada karena kalau masalah perut tidak ada yang bisa tahan, dan banyak juga yang masih mencari kerak telor. Bang Sincan mempunyai pengalaman menarik yaitu pernah berjualan di Istana Negara waktu menemani ayahnya berjualan. Bapak Presiden Soeharto pernah berhenti di pinggir jalan untuk membeli kerak telornya di daerah mampang. 



Kempat ada Tika murid kelas 3 SMA yang berumur 17tahun, ia adalah seorang penari sanggar tari di Kampung Betawi. Tika sudah menari sejak kelas 5 SD. Tika sangat menyukai tari tradisional khususnya Tari Betawi, Tika ingin melestarikan Tari Betawi ini. Tika Sudah mejuarai beberapa lomba tari di berbagai kota di Indonesia. Sanggar Kampung Betawi juga telah mengharumkan nama Indonesia dengan mengikuti kontes tari di Korea. Ada beberapa foto saat Tika sedang mengajarkan tari kedapan siswa SMP yang sedang berkunjung dan kita ikut mencoba menari betawi juga. 

Foto bersama Tika









Kelima ada Ibu Hj. Oni yang berumur 50tahun, Ibu Oni menjual Batik selama 2 tahun. Ibu Oni tinggal di daerah Tanggerang Selatan. Ibu Oni memulai bekerja dari ide anaknya yang ingin melestarikan batik betawi. Batik printing kisaran harga Rp 50.000 sampai Rp 150.000, batik cat antara Rp 150.000 sampai Rp300.000, dan batik tulis dari Rp 300.000 sampai Rp 2.000.000. Saat ini batik betawi masih banyak peminatnya karena baru populer belakangan tahun ini. Ibu Oni juga ingin melestarikan Budaya betawi melalui batik. 

                Foto Bersama Ibu Oni





Model batik yang dijual Ibu Oni





Terakhir kita menginterview Pak Siswanto adalah ketua pelatihan olahraga militer selama 33 tahun dan Pak Musa adalah tim  kesehatan marinir selama 21 tahun. Pengalaman yang sangat menarik bisa berbincang-bincang dengan bapak militer ini. 






Foto bersama dengan marinir



Para marinir yang sedang berlatih untuk lomba.



Itu tadi hasil dari perjalanan field trip dari kelompok Sforzo. Banyak juga foto-foto kelompok Sofrzo dan juga foto-foto bersama dengan para Dosen. Senang sekali rasanya bisa ke Kampung Betawi ini. 



Kelompok Sforzo


Kelompok Sforzo





Bersama Pak Mika, Pak Agus, dan Pak Raja.




Bersama Pak Carolus.










3 komentar:

  1. wah bagus nih keziaaa ada foto aku nyaaaa aku kasih nilai 100 yaaa ^^

    BalasHapus
  2. nice posting 100 yaaa nilainya

    BalasHapus
  3. wah lengkap dan bagus nih, banyak fotonya pula, nilainya 100 ya :D

    BalasHapus